Salah satu hal yang paling dibenci Raekyo di dunia ini adalah berbelanja. N’tah mengapa dia benar-benar tidak menyukainya. Rasanya sulit, berkeliling-keliling untuk mencari barang di antara penjual-penjual dan kumpulan barang-barang yang lain. Belum lagi pegalnya. Jadi sore ini, Geonil senpailah yang mencari semua barang-barang yang akan dibeli, dan Raekyo yang menyebutkan dari daftar yang barusan dikirimkan oleh Yunhak senpai.
“Senpai.” Bisik Raekyo di telinga Geonil. Ketika mereka sedang berada di toko buah untuk membeli 2 buah melon.
“Hm...” kata Geonil serius.
“Apa tidak sebaiknya ditawar saja?” tanya Raekyo. Ketika si penjual mengambilkan stock melon dari dalam gudang.
“Jadi harga segitu mahal?” tanya Geonil.
“Aku juga tidak tau, tapi setahuku, kalau orang berbelanja dipasar, pasti akan ditawar.” Kata Raekyo.
“Jadi di Jepang juga begitu?” Geonil berpikir.
“Senpai tidak tau? Bukannya senpai orang Jepang?”
“Bukan, aku orang Korea.” Jawab Geonil.
“Korea? Senpai?” Raekyo memperhatikan Geonil senpai, tidak percaya.
“Kau tidak percaya?”
Raekyo mengingat ingat percakapan Geonil dengan Yunhak senpai di telepon tadi yang menggunakan bahasa Korea. Ia kemudian melihat daftar belanjaan di ponsel yang semuanya bertuliskan hangeul.
“Ya ampun... Kenapa aku tak sadar?” tanya Raekyo memukul keningnya sendiri. Bingung dengan kebodohannya sejak tadi.
“Kalau terlalu mahal, sebaiknya kau tawar saja.” Kata Geonil.
“Senpai saja, aku tak berani.”
“Aku juga tak berani.” Kata Geonil.
“Kalau begitu biarkan saja harga segitu.” Raekyo mengamati pemilik toko datang dengan membawa sebuah peti yang isinya buah melon.
'Senpai orang Korea?’ Raekyo masih memikirkan hal tadi. ‘Pantas saja kadang aku merasa kalau Bahasa Jepang senpai aneh.’
“Rae... uangnya.” kata Geonil menerima melon yang sudah dibungkus. “Ah iya. Raekyo mengeluarkan sejumlah uang.
“Kalau begini kita seperti suami istri ya, belanja ke pasar berdua.” Celetuk Geonil.
“Hahaha, iya, aku suaminya, senpai istrinya.” Jawab Raekyo sambil bercanda.
“Kenapa?”
“Karena yang dari tadi sibuk belanja macam-macam itu senpai, tugasku cuma mengeluarkan uang dan menyebutkan daftar belanjaan. Kekeke.” jelas Raekyo.
“Karena yang dari tadi sibuk belanja macam-macam itu senpai, tugasku cuma mengeluarkan uang dan menyebutkan daftar belanjaan. Kekeke.” jelas Raekyo.
“Yah, begitu juga tidak apa-apa.” kata Geonil. “Kan tetap suami istri.”
Raekyo berpura-pura tidak mendengarnya dan sebegai gantinya ia menyebutkan barang yang akan mereka beli selanjutnya dari daftar dan berjalan cepat meninggalkan Geonil. Dibelakang Geonil terbahak mengikutinya.
******
Pukul 6.30 p.m. mereka sampai di cafe. Disambut oleh wajah gembira Yunhak senpai.
“Letakkan saja di dapur.” kata Yunhak pada Geonil dan Raekyo.
Menurut, beriringan mereka langsung menuju dapur. Diikuti Yunhak dibelakangnya. Setelah mereka meletakkan belanjaan di dapur, mereka menuju ruang pegawai. Raekyo orang pertama yang masuk dan duduk di sofa di dalam sana. Geonil mengikutinya. Mereka duduk kelelahan disana.
“Nih minum.” Yunhak menyerahkan botol air minum untuk mereka berdua.
“Hyeong...” kata Geonil.
“Hm..”
“Aku lebih memilih untuk bekerja seharian penuh di cafe dari pada belanja selama 2 jam di pasar.” Kata Geonil senpai, di ikuti oleh anggukan Raekyo.
Yunhak tertawa, “Baiklah aku mengerti. Kalian istirahat saja dulu disini.” Yunhak meninggalkan mereka berdua dan pergi ke dapur.
Sepeninggal Yunhak, Raekyo dan Geonil tidak berkata apa-apa, keduanya pusing setelah berkeliling pasar tadi.
“Jadi bagaimana acara belanja kalian tadi?” Seseorang bertanya pada mereka yang sedang duduk kelelahan di sofa.
Raekyo memandangi Geonil ngeri. Ia pikir mereka cuma berdua di ruangan itu.
“Sungje Hyeong, sejak kapan Hyeong ada di sini?” tanya Geonil tenang.
“Sejak kalian masuk kemari aku sudah disini.” kata Sungje.
Sungje adalah salah satu pegawai di cafe Yunhak Senpai.
“Oh...”
Raekyo mencari-cari wujud suara tadi dengan penasaran. Ia menoleh kesana kemari sampai akhirnya ia menemukan Sungje Senpai duduk di pojok ruangan sedang memencet-mencet tombol di ponselnya. Setelah itu ia duduk lagi dengan tenang.
Tak lama kemudian beberapa pegawai cafe masuk ke dalam ruangan, Kwangsu & Jihyuk Senpai. Kwangsu adalah tipe laki-laki yang menurut cerita Yunhak senpai, banyak disukai cewek-cewek. Sedang Jihyuk adalah tipe cowok periang dan tak bisa diam.
Begitu masuk Kwangsu langsung memasukkan tasnya kedalam locker dan membuka bajunya.
“Hyeong!” Geonil menegur Kwangsu.
“Hm..”
“Raekyo ada disini, Hyeong jangan sembarangan membuka baju dong..” protesnya.
“Begitukah?” ia melirik Raekyo. “Kau keberatan Rae?” katanya usil.
Raekyo menggerakkan dua jarinya tanda tidak keberatan.
“Rae... Kau itu menyukai pemandangan yang kau lihat sekarang?” Geonil tetap tidak setuju. Ia menutupi wajah Raekyo dengan sebelah tangannya.
“Senpaaaaaiii...” teriak Raekyo meronta-ronta.
“Hyeong cepat pakai bajumu!” kata Geonil, mencoba menahan tangannya tetap di wajah Raekyo.
“Senpaaaaaaiii...” Raekyo masih berteriak, tapi tidak meronta lagi. Capek dari pasar tadi masih terasa.
Kwangsu tidak menghiraukan omelan Geonil. Jihyuk yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. “Kalian berdua benar-benar membuat iri.” Bermaksud menggoda Geonil dan Raekyo.
“Hahaha, iya senpai, Geonil Senpai memang tidak mau kalau orang lain melihat Kwangsu senpai tanpa baju.” kata Raekyo salah paham, ia pikir Geonil keberatan kalau ia melihat Kwangsu tanpa baju. Padahal tentu saja kebalikannya. “Tenang senpai, aku mengerti perasaanmu.” Raekyo benar-benar tidak mengerti.
Geonil melepaskan tangannya dari wajah Raekyo setelah Kwangsu mengganti pakaiannya. Mukanya sekarang berlipat-lipat, cemberut.
Dari pojok Sungje tertawa keras, begitu pula Jihyuk dan Kwangsu yang berdiri di depan mereka.
“Saeng, sepertinya perjuanganmu masih sangat panjang.” Sungje memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.
“Kami akan selalu mendukungmu Geo.” kata Kwangsu dengan wajah prihatin. Raekyo memperhatikan mereka dengan wajah bingung, tapi ia tersenyum ke arah Geonil. Mau tak mau Geonil membalasnya.
‘Ah Raekyo....’ gumamnya.
******
“Rae, dulu aku memang sayang kamu, tapi sekarang tidak lagi. Aku masih sayang pada diriku sendiri, dan dia...” Geonil berjalan menjauhi Raekyo, ia menggandeng seorang gadis, dengan rambut panjang halus bergelombang, badannya tinggi semampai, memakai terusan berwarna putih yang melambai-lambai di terpa angin sore. Entah mengapa dada Raekyo sakit melihat adegan itu.
Gadis itu menggandeng mesra tangan Geonil, perlahan ia membalikkan badannya dan menunjukkan wajahnya. Raekyo terpana, ia mengenali tai lalat di dagu itu. Gadis tinggi semampai itu adalah Haruma, ia menggunakan terusan putih gadis tadi, dan berambut panjang seperti gadis tadi. Ia tersenyum dan melambai ke arah Raekyo. Raekyo berteriak histeris.
******
Raekyo membuka matanya, mengusap keringat di dahinya. Jantungnya berdebar.
“Untunglah cuma mimpi.” Ia menghela nafas. Kepalanya berdenyut-denyut, sakit dan berat. Ia mengingat-ingat mimpi barusan. “Mengapa saat itu dadaku sakit?” Raekyo bertanya pada dirinya sendiri walau tidak mengharapkan jawaban apapun. Bangun dari tempat tidurnya dan bersiap-siap berangkat kuliah. Awal bulan, awal yang baru, semangat baru. Walaupun badan sakit ia harus tetap bersemangat.
“Di kampus nanti aku harus menanyakannya pada Haru.”
******
Kampus 02.50 p.m.
She looks like Zombie.
Berjalan terhuyung dan bungkuk.
Wajah pucat.
Telinga berdengung.
Pandangan buram.
Kepala pusing.
Essay Bahasa Inggris yang terbengkalai.
Tugas yang menumpuk.
Part-time yang melelahkan.
Geonil Senpai.
‘Geonil Senpai?’ Raekyo mengerjapkan matanya. Ia mencoba menegakkan tubuhnya, rasanya semangatnya timbul ketika melihat orang itu. Tapi kepalanya mulai bertingkah kembali, semangatnya benar-benar dikalahkan oleh penyakit. Ia berjalan membungkuk lagi. Minggu ini benar-benar melelahkan. Ternyata tidak gampang menyeimbangkan waktu untuk bekerja dan kuliah. Raekyo hampir mati kelelahan karenanya.
Geonil berjalan ke arahnya. Wajahnya seperti menahan tawa. Ntah apa yang dipikirkannya.
“Rae!” panggilnya. Ia meghampiri Raekyo dan menepuk bahu Raekyo pelan. Raekyo mendongak.
“Yes Senpai~~~” sahut Raekyo parau.
“Kenapa? Kau kerasukan ya?” ia membungkuk, mengamati wajah Raekyo, “mukamu seram.” Komentarnya sambil tersenyum.
“Begitulah Senpai. Hehe..” Raekyo nyengir. ‘Ah senyum itu.” Sesaat Raekyo lupa dengan penyakitnya.
“Oh iya, By The Way, ini untukmu.” Geonil menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat.
“Apa ini Senpai?” Raekyo menerima amplop itu.
“Just open it and see the inside.”
Raekyo membuka amplop itu dengan loyo. Ia merogoh isinya dan mendapati beberapa lembar uang di dalamnya.
“Sudah tanggal gajian ya.” kata Raekyo. Dan kemudian hening.
“Just it?” Geonil mengerutkan dahi. “kau benar-benar kerasukan Rae! Seharusnya kalau dapat gaji kau senang.” Geonil sedikit kecewa dengan reaksi Raekyo.
Raekyo memasukka amplop itu kedalm ranselnya dan mulai berjalan ala Zombie wanna be lagi. “Arigatou Senpai.” Ia sedikit menunduk ketika mengucapkannya. “Selamat Siang Senpai.” Berjalan meninggalkan Geonil.
“Rae.” Geonil berjalan mengimbangi langkah Raekyo.
Jantung Raekyo berdebar lebih kencang dari pada biasanya. ‘Ah, pasti karena sakit.’ Gumam Raekyo. Walau ia terus memikirkan kata-kata Haruma tadi pagi di klub. ‘YOU’RE IN LOVE!’
******
Kampus 09.00 a.m.
Haruma terbahak mendengar cerita Raekyo tentang mimpinya tadi malam.
“Ternyata segampang ini kau Jatuh Cinta Rae!” katanya tertawa terpingkal-pingkal.
Raekyo diam memperhatikan reaksi Haruma atas ceritanya tadi. “Ekspresimu berlebihan Haru.” Komentarnya.
“Tidak berlebihan kog Rae, ini wajar!” protes Haruma.
“Lalu, menurutmu aku kenapa?” Raekyo mengusap dahinya. Kepalanya kembali berdenyut.
“Sudah jelas! YOU’RE IN LOVE!” kata Haruma.
“Dengan?” Telinganya berdengung.
“Siapa lagi menurutmu?” kata Haruma tersenyum penuh kemenangan.
Raekyo menyandarkan kepalanya di bangku penonton. Memikirkan kata-kata Haruma dan mencoba meredakan sakit kepalanya.
******
“Rae.” Geonil terus berjalan mengikuti Raekyo. Tapi Raekyo tetap tidak menghiraukannya. Walau dicueki Geonil tetap saja mengikuti Raekyo.
Ketika sampai di bawah sebuah pohon rindang di halaman kampus, Raekyo berhenti dan duduk di bawahnya. Geonil ikut duduk di sebelahnya.
“Ahhh... Enaknya.” kata mereka bersamaan. Tepat setelah angin bertiup. Angin musim semi yang sejuk.
Mereka berpandangan, tersenyum satu sama lain. Sesaat kemudian, angin kembali berhembus. Raekyo menguap. Melihatnya Geonil juga ikut menguap.
Raekyo membuka ranselnya, mengeluarkan sebotol air mineral dan 1 biji obat. Ia meminumnya dan mengembalikan botolnya kembali ke dalam tasnya.
“Sudah kuduga kau sedang sakit.” kata Geonil.
“Haha, kepalaku sedikit sakit Senpai.” Aku Raekyo dengan kepala yang masih berdenyut. Pengaruh obat yang tadi ia minum masih belum terasa.
“Tampaknya kau sedang banyak pikiran. Santai saja Rae.” Nasihat Geonil.
Raekyo memandangi Geonil, sambil menyandarkan badan dan kepalanya di pohon. ‘Senpai pikir aku pusing karena siapa?’ gumam Raekyo, setengah menyalahkan Geonil atas penyakitnya.
“Iya Senpai, ada seseorang yang akhir-akhir ini sering kupikirkan.” kata Raekyo jujur.
“HAAA??” Geonil kaget.
Raekyo menahan senyumnya, geli melihat reaksi Geonil. “Iya, Senpai. Dan setelah aku menceritakannya pada Haruma, dia rasa aku menyukainya.” cerita Raekyo.
"Menyukai bagaimana maksudmu Rae? Siapa?” Geonil menelan ludah.
"Em..” Raekyo memejamkan matanya, memikirkan jawabannya selanjutnya. Tak lama angin kembali berhembus. Raekyo-pun tertidur.
Lama menunggu jawaban Raekyo. Geonil menggerakkan bahu Raekyo. “Rae??” tak ada jawaban. “Nafasnya stabil. Sepertinya dia ketiduran.” Analisanya. “Ah Rae.. bolehkah aku berpikir kalau orang yang kau sukai sekarang adalah aku?” Geonil juga menyandarkan kepalanya ke pohon dan ikut tertidur di sebelah Raekyo.
******
Yang pertama bangun adalah Raekyo. Udara yang mulai dingin membuatnya terbangun. Kepalanya masih sakit, tapi tidak sesakit tadi. Setengah sadar ia merogoh saku jaketnya mencari ponselnya. Pukul 05.24 p.m.
Ia memperhatikan sekelilingnya, masih terang, sama sekali belum gelap. Di sebelahnya Geonil masih tidur. Penasaran, Raekyo mengamatinya. Lama.
‘Pipinya bulat.’ Gumamnya. ‘You’re in Love!’ kalimat Haruma tadi masih terngiang-ngiang di kepala Raekyo. “Fiuh..” Raekyo menghela nafasnya.
“Kau ingin membangunkanku, atau cuma memandangiku begini saja Rae?” kata Geonil tiba-tiba bangun dan membuka matanya.
Raekyo cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Jantungnya berdebar kencang. Kaget. “Maaf Senpai.” Katanya.
“Kenapa kau harus meminta maaf, kau tidak salah apapun.” kata Geonil.
“Maaf sudah membuat Senpai tidak nyaman.”
“Apanya? Tidak masalah Rae. Dari pada mengurusi hal itu, lebih baik kau menjawab pertanyaanku tadi. Aku masih menunggu jawabanmu.” kata Geonil.
“Ah? Jawaban? Yang mana?” tanya Raekyo. Ia tidak ingat pernah menjanjikan jawaban pada Geonil.
“Jawaban untuk pertanyaanku yang tadi, dan kalau perlu jawaban untuk pernyataanku yang dulu.” Kata Geonil.
“Emm...” Raekyo bingung ingin mengatakan apa. Ia tidak berpengalaman untuk hal-hal yang begini. Ia mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.
Geonil mengamatinya.
Raekyo menyelesaikan ketikannya dan segera mengirimkannya. Ia mengambil ranselnya dan bergegas bangun, ingin cepat-cepat pergi meninggalkan Geonil.
“Rae...” Geonil mengambil ranselnya sendiri. Tiba-tiba ponselnya di sakunya bergetar.
From: Raekyo
[Don’t make Me tell you a thing that you’ve already known what the answer is. 大好きだよ! Senpai!]
Geonil tersenyum membaca pesan itu “Ini benar kan Rae?” bergegas menyusul Raekyo.
Raekyo tidak menghiraukannya. Ia mempercepat langkahnya. Di belakangnya Geonil berlari menyusulnya.
-THEEND-
MALUUUUUU!!!! Benar-benar cerita yang memalukan. hahaha...
Sebenarnya cerita ini masih ada sambungannya dan isinyapun tak komplit. Makanya alurnya loncat-loncat. Berhubung sebentar lagi bakal sibuk banget, makanya di bikin tamat aja. Hahaha...
Comment ya, masukannya biar yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.. :)
Btw, Abang Geo Oon deh.. kekeke... But, I still like him... Just the way you are... <= korban Si Mars.
Jangan lupa baca SPnya ya.. kekekeke... (maksa)
ahhhh so sweeet!!!!
ReplyDeletelove it love it *gaya cheers*
mau banget cerita manis kayak begini wkkk..
ada bang uje lagi dipojok *ngelirik*
omaigat rae? segitu beratnya kah mengatakan C.I.N.T.A?
jadian, jadian, jadian.... ciyeeeeeee......
ReplyDeletekok cepet selesainya, ge? tapi sudahlah.. asal si baby G udah di tangan, cerita ga perlu dipanjang2in lagi...deshou? XDDD
btw, kwang soo itu bener2 tidak sopan ya? ckckck *eh.. mian..* daan...membayangkan yun hak nya bikin aq ngiler... ehe... nggak deng, becanda...
pokoknya selamat atas selesainya fanfic baby, be my aby ini, gege... omedetou...*ngasih karangan bunga ke gege, lempar-lempar petasan, mecahin balon..XDD*
Sekali lagi terima Kasih sudah mau membacanya... Huhuhuhu... *terharu*
ReplyDeleteTerima Kasih sudah menyukainya juga... ><
Ka Tika: Susah Onni, bilang cinta itu susah! Wkkk...
Apalagi bkin ceritanya biar gak lebay karena love storynya tadi, Tambah susah. Kekekeke...
Uje dipojokan Onni, smsan, poto2an.. Samperin gih.. XP
Ka Fany: Sebentar lagi bakal sibuk Onni, mumpung kemarin ada idenya, makanya langsung diselesaikan kemarin juga.. XD Beban berat kalo cerita ini gak selesai2.. hehehe..
Kwangsu itu manis, orangnya blak2an.. Jujur dan kadang konyol juga.. hahaha.. Tapi dia benar2 teman yang baik kan?? XP
ga ada komentar soal yunhaknya ge? sumpah... makin lama tuh cowok makin bikin ngiler...
ReplyDeletetapi benar juga....
tentang kwang soo, sampai sekarang, aku belum menemukan alasan aq untuk menyukainya... mungkin nanti....^^
Yunhak? Mau komentar apa? Si perfect itu gak usah sering2 dikomentarin.. hahaha.. cukup dipandangi saja.. XD
ReplyDeletebenar saya setuju dengan komentar kalian berdua hihi..
ReplyDeletesix star always the shining star..
muah!!
UJEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!! ai lap yuh!
betewe..
ReplyDeleteSIX STARS!!!!
omaigat.. Human Error..
Momo-Chan belum muncul Onni... TT_TT *padahal beliau dh disiapkan peran jd koki handal! Wkkk..
ReplyDelete