Tokyo. Japan. 9.16 a.m.
Raekyo mengambil kopernya dari bagasi. Penerbangan dari Korea menuju Jepang yang ditempuhnya tidak terlalu lama, tapi cukup membuat badannya letih. Sekarang ia berada di Tokyo, di Bandar Udara Haneda tepatnya. Ia menghela nafas. “Semangat Rae! Ini adalah pilihanmu, melanjutkan sekolah di Jepang adalah cita-citamu selama ini kan?” Raekyo menyemangati dirinya sendiri.
Ia mencari troli untuk mengangkut kopernya, tapi tidak menemukan satupun, jadi dengan terpaksa ia menyeret koper-koper dan memanggung ransel besar dipunggungnya Raekyo menyusuri bandar udara tersibuk di Jepang itu, mengagumi kemegahannya. Ia memperhatikan segerombolan laki-laki yang tampaknya seumuran dengannya. Ia memperhatikan wajah mereka satu persatu dengan seksama. Ia mencari Haruma, sahabat baiknya dari kelas 1 SMA, ia berjanji akan menjemput Raekyo hari ini.
Raekyo berkenalan dengan Haruma lewat twitter, Raekyo yang awalnya memfollow Haruma, baru kemudian Haruma memfollownya balik. Lewat twitter, mereka saling bercerita. Raekyo benar-benar merasa nyaman berteman dengan Haruma, begitu pula sebaliknya. Sampai akhirnya pada saat Summer Holiday di Kelas 2SMA, Haruma nekat mengunjungi Raekyo di Korea. Dan kemudian pada liburan tahun selanjutnya, Raekyo yang pergi mengunjungi Haruma ke Jepang. Raekyo tersenyum mengingat kejadian itu.
Raekyo sampai di ruang tunggu. Ia memilih untuk duduk di kursi yang paling dekat dengan jendela, agar ia dapat dengan leluasa melihat keluar. Saat Raekyo meletakkan Ransel, seorang wanita keturunan asing yang sepertinya berumur +/- 40 tahun, duduk di kursi kosong disebelahnya, Raekyo menyapanya. Perempuan itu membalasnya dan tersenyum.
Raekyo mengeluarkan novel dari ranselnya dan mencari halaman terakhir yang dibacanya yang sudah ia tandai dengan pembatas buku. Ketika ia mendapatkan halamannya, ia mulai membaca. Sekilas wanita di sebelahnya memperhatikan novel yang di baca Raekyo tapi dengan cepat ia mengalihkan pandangannya ke tumpukan majalah di rak dekat mereka duduk sekarang. Ia memilih sebuah majalah dan kemudian membalik-baliknya dengan cepat, sampai akhirnya dia melirik Raekyo.
“Can you read this for me?” menepuk bahu Raekyo.
“Yes? Let me.” Raekyo membacakan headline artikel halaman yang ditunjuk wanita tadi. Isinya tentang album baru NEWS, BoyBand Bishounen hasil didikan di Johnny’s Entertainment. Raekyo membacakan isinya, kadang ia membuka kamus bahasa Jepangnya untuk mencari arti kata yang tidak ia mengerti.
“I love their songs!” kata wanita itu.
Raekyo tersenyum. “ME too! Sejak kapan anda menyukai mereka?” tanya Raekyo.
“Just call me Mrs. Grey, I knew them last year, from my student in University” katanya tersenyum.
Wah.. ternyata beliau seorang dosen. “May I know where are you come from?” tanya Raekyo penasaran.
“Netherland.”
“Ah..” Raekyo mengangguk.
“Saya akan mengajar Bahasa Belanda mulai tahun ini.”
Raekyo mengangguk dan terdiam. “What about you? Miss?” tanya Mrs. Grey.
“I’m Raekyo. I’m from Korea, this is my first college year in Japan.”
“Ah, jadi novel yang kau baca tadi dalam bahasa Korea?” tanya Mrs. Grey.
“Bukan, itu dalam bahasa Indonesia, sebenarnya saya orang Indonesia dan sejak SMP tinggal di Korea.” kata Raekyo menjelaskan.
Wanita itu mengangguk dan melirik majalah itu kembali. Mereka meneruskan membaca artikel dengan diselingi acara membolak-balik kamus. Begitu seterusnya, sampai artikelnya habis dibaca.
“Fiuh.... Selesaaaaaaai.” Raekyo menyandarkan kepalanya di bangku. Kelelahan.
Mrs. Grey juga terlihat lelah dan yang jelas pusing, ia melihat jam, dan kemudian tertawa melihat Raekyo. “Untuk membaca 3 halaman artikel ini kita memerlukan waktu sekitar 45 menit.” Katanya terbahak.
Raekyo juga tertawa, ia sadar kemampuan berbahasa Jepangnya sangat parah. Makanya ia mengambil English Major untuk meneruskan sekolahnya.
“Sepertinya kita harus lebih banyak belajar.” Kata Mrs. Grey.
“Absolutely!” Raekyo setuju. ‘Haruma! Kau harus lebih banyak mengajariku Bahasamu!’ Kata Raekyo dalam hati.
Seorang laki-laki menghampiri mereka, dan kemudian menyapa Mrs. Grey. Raekyo menarik kesimpulan bahwa ia adalah orang yang menjemput Mrs. Grey. Mrs. Grey berbicara sebentar dengannya, tampaknya dalam Bahasa Belanda. Kemudian ia berpamitan pada Raekyo.
“Thank you Raekyo, I hope we will meet again someday.” Katanya sebelum pergi.
“You are welcome.” Raekyo melambaikan tangannya.
Setelah ini mereka memang akan bertemu lagi, besok pagi ketika Raekyo membuka pintu apartmentnya dan berjalan turun satu lantai ia akan menemukan Apartment bernomor 12, disaat Raekyo melewati pintu Apartment tersebut, seorang wanita akan membuka pintu untuk mengambil surat kabar pagi dan dengan terkejut akan menemukan Raekyo berjalan di depan pintunya dan menyapa Raekyo. Apartment Mrs. Grey berada tepat satu lantai di bawah Apartment Raekyo.
“Hoahm.” Raekyo menguap tanpa menutup mulutnya. “Haruma.... Dimana kau? Ini sudah 1 jam dari waktu yang kau janjikan.” Seandainya Raekyo tau dimana alamat Apartmentnya, mungkin ia akan berangkan kesana sendiri. Sayangnya, yang mengurus tempat tinggal Raekyo di Jepang adalah Haruma, dan sialnya ia tidak memberi tahu Raekyo dimana alamat Apartmentnya. “Ternyata kau tukang ngaret ya Haruma... Hm... Aku baru tau...” gerutu Raekyo. Ia kemudian meneruskan bacaannya.
Tak lama serombongan laki-laki dengan bawaan yang sepertinya berat lewat di depan Raekyo. Raekyo memperhatikan mereka. Wah... tingginya, model ya? Karena penasaran Raekyo terus memperhatikan mereka. Ah, ga mungkin, kalau model mereka takkan memakai t-shirt itu. Raekyo membaca sebuah nama restoran di t-shirt yang mereka pakai. Semuanya memakainya. Sepertinya mereka adalah pegawai restoran. Raekyo menarik kesimpulan. Karena malas memperhatikan mereka lebih lama, Raekyo meneruskan kembali bacaannya yang sudah beberapa kali tertunda.
Salah seorang yang paling tinggi di antara mereka melihat kearah Raekyo dan kemudian berbicara sebentar pada temannya. Temannya itu kemudian berkata.
“Geo, kau tunggu disini saja kalau begitu.”
“OK!”
Setelah pembicaraan singkat itu, teman-temannya meninggalkannya dan ia menuju bangku tempat Raekyo sekarang duduk. Ia duduk disebelah Raekyo.
“Selamat Siang, Boleh aku duduk disini?” tanya orang itu dalam Bahasa Jepang.
Raekyo memperhatikannya. ‘Untuk apa ia bertanya? Bukankah sekarang ia sudah duduk?’ Walaupun Raekyo tidak mengerti. Ia mengangguk sebagai jawabannya.
“Teman-temanku menyuruhku menunggu salah seorang teman kami, ini pertama kalinya ia pergi ke Jepang, jadi aku harus menunggunya sampai penerbangan yang berikutnya tiba.” Kata orang tersebut.
Raekyo bingung. ‘Untuk apa ia menceritakan hal itu padaku?’ Tapi lagi-lagi Raekyo mengangguk seolah ia menyimak ucapan orang itu.
Lelaki itu kemudian bercerita tentang perjalanannya. Katanya ia baru pulang dari liburan di Bali bersama teman-temannya dan mereka benar-benar menyukai pemandangan alam di sana. Raekyo tersenyum, hahaha, itulah kampung halamanku. Pikirnya.
Lelaki itu terus berceloteh sambil sesekali membetulkan topi yang dipakainya. Raekyo memperhatikannya. Dan melihat rambut panjang yang ada dibaliknya. Wah! Orang ini, rambutnya lebih panjang dariku. Raekyo takjub.
“RAAAAAAAEEEEEEEEEEEEEEEEEE” tiba-tiba seseorang meneriakkan nama Raekyo. Raekyo mencari sumbernya. Ia benar-benar mengenal suara itu.
“HARUMA!” kata Raekyo yang tak sadar berdiri menyambut kedatangan temannya.
“RAEEEEE” Haruma berlari-lari, dan ketika sampai didepan Raekyo ia menarik tangan Raekyo dan kemudian melompat-lompat sambil memeganginya. Raekyo juga juga ikut melompat-lompat. Keduanya benar-benar terlihat seperti balita.
Ketika mereka mencapai lompatan ke 26, Raekyo berhenti, dan begitu pula Haruma, keduanya terengah-engah setelahnya. “Maaf aku terlambat, tadi aku ketiduran Rae.” Kata Haruma, ia menundukkan kepalanya tanda menyesal, ia ternyata menyadari kesalahannya.
“It’s OK, yang penting sekarang kau sudah tiba disini.” Jawab Raekyo diplomatis.
“Ayo kita berangkat sekarang. Mana barang-barangmu?” Haruma mencari koper-koper Raekyo. Dan menarik salah satunya yang ada roda di bawahnya, sementara ia meninggalkan yang tanpa roda.
“Hey, seharusnya kau membawa yang ini.” Raekyo menunjuk kopernya yang tak beroda. Haruma memajukan mulutnya, tapi ia tetap mengangkat koper yang ditunjuk Raekyo tadi.
Sebelum pergi Raekyo berpamitan kepada lelaki yang duduk disebelahnya tadi.
“Kalau begitu saya permisi dulu, sopir saya sudah menjemput.” Kata Raekyo bercanda, mengatakan Haruma sebagai sopirnya.
“Enak aja, aku dibilang sopir.” Protes Haruma.
“Hahahahaha..” lelaki itu tertawa, Raekyo ikut tertawa, dan kemudian Haruma juga tertawa.
“Kalau begitu hati-hati di jalan ya.” Katanya sambil tersenyum.
“Oh, iya...” Sesaat Raekyo terpana. Orang itu memiliki senyuman yang benar-benar manis. “Selamat Siang.” Kata Raekyo. Dengan kaku mengangguk.
“Selamat Siang” jawabnya.
“Selamat Siang.” Kata Haruma.
Sekiaaaaaaan! Terima kasih sudah mau membaca seri (?) ini sampai Specialnya.. Wkkk...
Berasa kaya Dorama Jepang ya, pake Special segala..
Sekali lagi, Terima Kasih banyak sudah mau membaca.. Hontou ni Arigatou Gozaimasu! Nomu2 gomabseumnida! ><
Jumpa lagi di tulisan2 dan cerita-cerita saya yang selanjutnya.. :)
hihi.. saya bisa menggambarkan secara detail kisah SP ini di otak saya..
ReplyDeletekapan ya hidup saya bisa kayak rae???
Someday!!
Sedang membuka jalan dan mencari jalan untuk bisa hidup seperti dia.. ahahaha...
ReplyDeletewaah membuka jalan..
ReplyDeletesaya masih meraba jalan mana yang musti ditempuh *hiksu*
amiiiiin!!